A. Apa itu stress ?
Dr. Hans Selye, pengasas
kepada teori stress atau tekanan perasaan telah mendefinisikannya sebagai
“suatu reaksi yang tidak spesifik oleh diri seseorang disebabkan oleh sesuatu
bebanan yang menimpanya.” (Dr. David B. Posen (Lifestyle Counselor and
Psychotherapist) ; Stress) ‘Bebanan’ ini boleh wujud di dalam bentuk
ancaman, cabaran ataupun apa-apa perubahan di dalam hidup seseorang yang
memerlukan pengubahsuaian yang selari dengannya. Ada tekanan perasaan yang baik
lagi positif dan ianya dinamakan sebagai “eustress” dan ada pula yang buruk
lagi negatif dan ia dinamakan sebagai “distress.” Tekanan yang positif amat
kita perlukan di dalam hidup kita untuk menjadikan kita lebih berhati-hati,
terangsang, kreatif dan lebih memberikan tumpuan dan perhatian kepada apa yang
sedang kita lakukan. Sebenarnya banyak penemuan dan ciptaan oleh
saintis-saintis telah berlaku di saat mereka tertekan dengan masalah-masalah
tertentu. Contohnya, ketika Alexander Graham Bell sedang berusaha untuk
membantu tunangnya, Mable Hubbard, yang telah hilang pendengarannya, beliau
telah berjaya mencipta telefon yang telah meledakkan sistem telekomunikasi pada
hari ini. (Stephen C. Phillips, The Ten Laws Of Success)
B. Faktor stress
1. Faktor pribadi
Stress terjadi dapat terjadi di dalam pemikiran
kita saja, jadi terkadang apa yang ada di pikiran kita dapat membuat stress
kita sendiri. Misalnya kita akan berkenalan dengan cewek, tapi tiba-tiba saja
ada kata-kata yang muncul dipikiran kita, "bagaimana kalo cewek itu sudah
punya cowok" atau "wajah gue kan jelek", atau "gimana kalo
nanti gue ditolak". Nah karena pemikiran-pemikiran negatif kita sendiri
itulah yang malah membuat kita menjadi stress sendiri.
Faktor pribadi yang menyebabkan stress lainnya adalah
kehilangan harta atau jabatan atau kematian. Banyak juga bukan para calon-calon
Bupati dan Gubernur yang stress karena mereka tidak terpilih. Padahal mereka
sudah melakukan apapun untuk menjadi terpilih. Selain itu faktor kematian atau
ditinggal pergi oleh orang yang sangat kita sayangi juga bisa menyebabkan
stress, misalnya bapak Habibie yang ditinggal pergi Istrinya.
2. Faktor Sosial
Banyak sekali faktor-faktor sosial yang bisa
menimbulkan stress. Misalnya aja di lingkungan pekerjaan, beban kerja yang
berat serta waktu yang mepet ditambah rekan kerja yang tidak menyenangkan bisa
membuat kita menjadi stress. Selain itu letak atau tempat pekerjaan elo yang
deket dengan bengkel servis motor misalnya yang setiap hari harus mendengar
suara-suara bising bisa juga menambah tingkat ke stress-an.
Setelah kita tahu tentang faktor-faktor apa saja
yang dapat menimbulkan strees, akibat apa saja yang bisa ditimbulkan stress
ini? Gue sudah ngebahas di atas bahwa stress itu dapat bersifat positif dan
negatif tergantung bagaimana kita menyikapinya. Stress dapat mengakibatkan
gangguan emosional pada diri kita, orang yang stress biasanya akan berubah
menjadi agresif atau mudah marah, bahkan ada juga yang berubah menjadi pendiam.
Hal itu disebabkan karena banyaknya beban yang terlalu berat dalam pikiran
sehingga dapat merubah kondisi kejiwaan seseorang, dan akhirnya menjadi gila.
Orang yang stress bisa juga melampiaskan emosinya
dengan makan atau ngemil dengan tidak terkontrol, misalnya makan 6 piring
sekaligus, sehingga akan meningkatkan resiko obesitas. Ada juga orang yang
melampiaskan stressnya dengan belanja atau menjadi shoppaholic, hal ini malah
akan menimbulkan stress lagi karena akan membuat tagihan kartu kredit
membengkak dan uang elo habis tiba-tiba.
Stress juga berakibat pada kesehatan. Bagi orang
penderita maag, biasanya kalo stress, penyakit maagnya tersebut akan mudah
kambuh. Hal ini disebabkan karena jika pikiran kita terlalu banyak beban, maka
akan meningkatkan produksi asam lambung di dalam tubuh. Dengan meningkatnya
asam lambung tersebut maka tentu saja resiko terkena maag semakin besar. Dan
kalo sudah akut maka sebaiknya segera hindari deh stress.
C. Tipe stress psikologi
Menurut
Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:
Frustasi
Frustasi
muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya
seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut
harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa
rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan
atau frustasi.
Frustasi
ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha)
dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang
dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain.
Konflik
Konflik
ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk
dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik
digolongkan menjadi tiga bagian,approach-approach conflict,
approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.
Tekanan
Tekanan
timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri
individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga
menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri
individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan
yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan
semua kemauannya, dan lain-lain.
Kecemasan
Kecemasan
merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan,
ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan
akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi
ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia
melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum
tentu marah padanya.
D.
Symptom-Reducing Responses terhadap stress
Kehidupan
akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami
stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu
setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan
keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa
digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:
1. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan
individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya,
ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang
mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang
menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut
akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2. Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di
bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi
memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga
yang ia miliki sangatlah memuaskan.
3. Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan
orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan
serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan
pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat
upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan
menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang
memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan
kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat
diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat
agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan
menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata
temannyalah yang tidak menyukainya.
6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya
sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang
pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7. Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh
atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel
masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8. Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls
yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan
dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja
melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9. Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak
dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi.”
10. Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan
terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes
memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang
apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan
lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu
maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan
lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan
rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
13. Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu
bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain
dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif
(terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain
dengan adu argument saat rapat berlangsung.
Coping strategy
Coping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi
sakit atau
stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa
diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan
strategi koping yang efektif dan cocok dengan
stressor yang
dihadapinya,
stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (
disease),
tetapi
stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang
memberikan
wellness dan prestasi.
Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk mengatasi stres.
Biofeedbacknadalah
suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian
belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup
rumit, gunanya sebagai
feedback atau umpan balik terhadap
bagian tubuh tertentu.
Biofeedback kurang efektif untuk digunakan
secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur istirahat yang cukup
dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur dapat membuat orang
jarang mengalami stres.
Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”.
Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian
tubuh mana yang mengalami stres lalu mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi
semula. Selain iu meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi
menjadi lebih tajam dan pikira menjadi lebih tenang.
Namun dari semua strategi yang ada, menguah sikap hidup merupakan strategi
yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang dirasakan. Dengan mengubah
pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa lebih baik dalam menghadapi
stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam menjalani setiap masalah yang akan
terus ada dalam hidupnya.
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen
pokok:
1.
Peningkatan
kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang
melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
2.
Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi
sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan
informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
3.
Pengubahan
perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang
dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan
stressor.
4.
Resolusi
damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.
E. PENDEKATAN
PROBLEM-SOLVING TERHADAP STRES
Dalam Siswanto dijelaskan dalam menangani stres yaitu menggunakan metode
Biofeedback,
tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres
kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat
yang sangat rumit sebagai
feedback. Tetapi
jika teman-teman tahu tentang
hipno-self,
teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri
sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita
sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan
hipno-self,
utamanya adalah tempat harus nyama dan tenang, dan teman-teman cukup
membangkitkan apa yang menyebabkan teman-teman stres, cari tahu gejalanya
hingga akar dari masalah tersebut, kemudian berikan sugesti-sugesti yang
positif,
Insya
Allah cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual
(mengarah kepada Tuhan Semesta Alam).
Sumber:
http://www.icoez.com/2013/04/faktor-faktor-penyebab-stress-dan-tips.html
http://drdanial.faithweb.com/stress.htm
http://snaniris.blogspot.com/2013/04/pengertian-stress.html
http://shakina-matahari.blogspot.com/2012/04/mengenal-stress.html