Sabtu, 04 Mei 2013

Fenomena masyarakat dalam psikologi

Ilmu psikologi mampu menjawab aneka persoalan sosial. Integritas para psikolog turut membantu manusia mengatasi persoalannya. Tenaga para psikolog dibutuhkan masyarakat yang tidak mampu mengatasi persoalan hidupnya sendiri.

"Psikologi tidak semata-mata psikotes sebagaimana dikenal masyarakat umum. Akan tetapi perannya dapat mengatasi berbagai fenomena psikologis manusia secara individual maupun kelompok," tutur Guru Besar Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Dr Irmawati, prikolog, Kamis (20/8) saat menyampaikan orasi ilmiah dalam acara Dies Natalis ke-57 USU.

Dia mengatakan sejumlah persoalan berhasil dijelaskan secara psikologis sesuai hasil penelitian mahasiswa dan peneliti laboratorium psikologi sosial USU. Salah satu di nya adalah fenomena gagap budaya yang dialami oleh mahasiswa asing di USU.

Hasil penelitian Frandawati 2009 ini, menemukan para mahasiswa cenderung gagap karena merasa diperlakuk an berbeda dengan mahasiswa Indonesia. Penelitian terhadap 73 mahasiswa asing angkatan 2008 menyebutkan bahwa para mahasiswa ini umumnya tidak menguasai Bahasa Indonesia dengan baik.

Kegagapan budaya lebih banyak dialami oleh mahasiswa perempuan, terutama suku Tionghoa. Hasil penelitian ini, tuturnya, bisa menjadi masukan pimpinan universitas untuk mengembangkan Program Orientasi Berbasis Psikilogi Budaya. Program ini bisa mempercepat proses penyesuaian diri mahasiswa asing sehingga lebih fokus pada proses belajarnya.

"Kondisi akan menguntungkan dua pihak, pihak USU dan mahasiswa asing. Keduanya saling membutuhkan," katanya. Salah satu indikasi kualitas sebuah universitas adalah hadirnya mahasiswa asing. Hal ini tidak hanya berlaku bagi mahasiswa dalam skala kecil. Namun program ini juga diperlukan dalam menyelesaikan persoalan in idlam skala besar.

Irmawati menjelaskan, psikologi juga bisa menjawab fenomena sosial lain seperti konflik sosial, ujian nasional, mutilasi, dan pemutusan hubungan kerja. Semua persoalan ini bisa diurai dan didekat dengan menggunakan teori yang berbeda.

Hadir dalam Dies Natalis ini Rektor USU Chairuddin P Lubis, Gubernur Sumut Syamsul A rifin, dan Kepala Polda Sumut Inspektur Jenderal Badrodin Haiti.

Pada saat acara berlangsung sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Mahasiswa USU yang tergabung dalam Aliansi Perjuangan Mahasiswa (Alpamas) berunjuk rasa di luar Gedung Auditorium USU. Petugas keamanan membubarkan mereka karena mencoba mendekat Gedung. Mahasiswa menuntut terciptanya kampus yang demokratis dan berpihak kepada rakyat. Mereka meminta agar pemerintah mencabut Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan.

Mahasiswa berniat bertemu dengan pimpinan USU yang sedang mengikuti proses Dies Natalis di Gedung Auditorium. Namun tidak ada pejabat yang menemui mereka. Ucok Silalahi mengatakan, aksinya tidak berniat untuk mengacaukan acara. "Kami hanya ingin agar pihak rektorat menemui kami," katanya. 


Sumber:  http://sumatera.infogue.com/psikologi_jawab_fenomena_sosial_

Stress

A. Apa itu stress ?
 Dr. Hans Selye, pengasas kepada teori stress atau tekanan perasaan telah mendefinisikannya sebagai “suatu reaksi yang tidak spesifik oleh diri seseorang disebabkan oleh sesuatu bebanan yang menimpanya.” (Dr. David B. Posen (Lifestyle Counselor and Psychotherapist) ; Stress) ‘Bebanan’ ini boleh wujud di dalam bentuk ancaman, cabaran ataupun apa-apa perubahan di dalam hidup seseorang yang memerlukan pengubahsuaian yang selari dengannya. Ada tekanan perasaan yang baik lagi positif dan ianya dinamakan sebagai “eustress” dan ada pula yang buruk lagi negatif dan ia dinamakan sebagai “distress.” Tekanan yang positif amat kita perlukan di dalam hidup kita untuk menjadikan kita lebih berhati-hati, terangsang, kreatif dan lebih memberikan tumpuan dan perhatian kepada apa yang sedang kita lakukan. Sebenarnya banyak penemuan dan ciptaan oleh saintis-saintis telah berlaku di saat mereka tertekan dengan masalah-masalah tertentu. Contohnya, ketika Alexander Graham Bell sedang berusaha untuk membantu tunangnya, Mable Hubbard, yang telah hilang pendengarannya, beliau telah berjaya mencipta telefon yang telah meledakkan sistem telekomunikasi pada hari ini. (Stephen C. Phillips, The Ten Laws Of Success)

 B. Faktor stress

1. Faktor pribadi
Stress terjadi dapat terjadi di dalam pemikiran kita saja, jadi terkadang apa yang ada di pikiran kita dapat membuat stress kita sendiri. Misalnya kita akan berkenalan dengan cewek, tapi tiba-tiba saja ada kata-kata yang muncul dipikiran kita, "bagaimana kalo cewek itu sudah punya cowok" atau "wajah gue kan jelek", atau "gimana kalo nanti gue ditolak". Nah karena pemikiran-pemikiran negatif kita sendiri itulah yang malah membuat kita menjadi stress sendiri.
Faktor pribadi yang menyebabkan stress lainnya adalah kehilangan harta atau jabatan atau kematian. Banyak juga bukan para calon-calon Bupati dan Gubernur yang stress karena mereka tidak terpilih. Padahal mereka sudah melakukan apapun untuk menjadi terpilih. Selain itu faktor kematian atau ditinggal pergi oleh orang yang sangat kita sayangi juga bisa menyebabkan stress, misalnya bapak Habibie yang ditinggal pergi Istrinya.
2. Faktor Sosial
Banyak sekali faktor-faktor sosial yang bisa menimbulkan stress. Misalnya aja di lingkungan pekerjaan, beban kerja yang berat serta waktu yang mepet ditambah rekan kerja yang tidak menyenangkan bisa membuat kita menjadi stress. Selain itu letak atau tempat pekerjaan elo yang deket dengan bengkel servis motor misalnya yang setiap hari harus mendengar suara-suara bising bisa juga menambah tingkat ke stress-an.
Setelah kita tahu tentang faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan strees, akibat apa saja yang bisa ditimbulkan stress ini? Gue sudah ngebahas di atas bahwa stress itu dapat bersifat positif dan negatif tergantung bagaimana kita menyikapinya. Stress dapat mengakibatkan gangguan emosional pada diri kita, orang yang stress biasanya akan berubah menjadi agresif atau mudah marah, bahkan ada juga yang berubah menjadi pendiam. Hal itu disebabkan karena banyaknya beban yang terlalu berat dalam pikiran sehingga dapat merubah kondisi kejiwaan seseorang, dan akhirnya menjadi gila.
Orang yang stress bisa juga melampiaskan emosinya dengan makan atau ngemil dengan tidak terkontrol, misalnya makan 6 piring sekaligus, sehingga akan meningkatkan resiko obesitas. Ada juga orang yang melampiaskan stressnya dengan belanja atau menjadi shoppaholic, hal ini malah akan menimbulkan stress lagi karena akan membuat tagihan kartu kredit membengkak dan uang elo habis tiba-tiba.
Stress juga berakibat pada kesehatan. Bagi orang penderita maag, biasanya kalo stress, penyakit maagnya tersebut akan mudah kambuh. Hal ini disebabkan karena jika pikiran kita terlalu banyak beban, maka akan meningkatkan produksi asam lambung di dalam tubuh. Dengan meningkatnya asam lambung tersebut maka tentu saja resiko terkena maag semakin besar. Dan kalo sudah akut maka sebaiknya segera hindari deh stress.

C. Tipe stress psikologi

Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:
Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain.
Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian,approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.
Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan lain-lain. 
Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.
D. Symptom-Reducing Responses terhadap stress

Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:
1. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2. Kompensasi 
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.
3. Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya. 
6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7. Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8. Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9. Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
10.  Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
11.  Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12.  Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
13.  Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah. 
14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.

Coping strategy
Coping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.
Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk mengatasi stres. Biofeedbacknadalah suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu.Biofeedback kurang efektif untuk digunakan secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres.
Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi lebih tenang.
Namun dari semua strategi yang ada, menguah sikap hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya.
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok:
1.  Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
2.  Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
3.  Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
  4.  Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.

E. PENDEKATAN PROBLEM-SOLVING TERHADAP STRES
Dalam Siswanto dijelaskan dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback. Tetapi jika teman-teman tahu tentang hipno-self, teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan hipno-self, utamanya adalah tempat harus nyama dan tenang, dan teman-teman cukup membangkitkan apa yang menyebabkan teman-teman stres, cari tahu gejalanya hingga akar dari masalah tersebut, kemudian berikan sugesti-sugesti yang positif, Insya Allah cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan Semesta Alam).

Sumber:
 http://www.icoez.com/2013/04/faktor-faktor-penyebab-stress-dan-tips.html
 http://drdanial.faithweb.com/stress.htm
 http://snaniris.blogspot.com/2013/04/pengertian-stress.html
 http://shakina-matahari.blogspot.com/2012/04/mengenal-stress.html


Penyesuaian Diri

A. Menjelaskan konsep penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah konspe yang di deskripsikan sebagai adaptasi dan mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.

B. Menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan pertumbuhan personal :
- Penekanan pertumbuhan, penyesuain diri dan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaanjasmaniah)
yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.

- Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

- Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

- Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33)

Sumber:

 http://adlanhandayana.wordpress.com/2011/04/08/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan/