Selasa, 19 Agustus 2014

tugas portofolio 4

Terapi kelompok, terapi keluarga, dan terapi bermain
A. Terapi kelompok

1. Konsep Dasar: Pandangan terapi kelompok tentang kepribadian
   
       Terapi kelompok memandang bahwa manusia itu makhluk yang unik, dan dinamis, setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda. Setiap manusia memiliki problem yang berbeda-beda, oleh karena itulah setiap orang tidak sama dalam menangani suatu pemecahan masalah.

2. Unsur-unsur terapi: munculnya gangguan, tujuan terapi, dan peran terapis.

       a. Munculnya gangguan
            Terapi kelompok digunakan ketika klien tidak berhasil dalam penanganan secara terapi individu.
       b. Tujuan terapi
             - Meningkatkan identitas diri
             - Menyalurkan emosi dna membagi perasaan antar sesama didalam kelompok terapis
             - Meningkatkan keterampilan hubungan sosial
             - Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
       c. Peran terapis
             Terapis harus memainkan peranan yang aktif dalam mendorong kelompok untuk mencapai tujuan atau harapannya.

3. Teknik-teknik terapi
     - Melibatkan para anggotanya untuk terbuka dan aktif
     - Terapis turut membantu klien untuk melepaskan segala kecanggungannya, agar lebih bisa terbuka dan menceritakan masalah yang dialaminya.
    - Berfokus pada satu topik permasalahan yang hendak diselesaikan pertama kali.

B. Terapi keluarga

1. Konsep dasar: Pandangan terapi keluarga tentang kepribadian
    Terapi keluarga mempunyai pandangan bahwa kepribadian manusia pertama kalinya dibentuk didalam lingkaran keluarga.

2. Unsur-unsur terapi: munculnya gangguan, tujuan terapi, dan peran terapis.

    a. Munculnya gangguan
        Terapi keluarga digunakan ketika permasalahan terkait dengan keluarga, seperti suami dengan istri- orang tua dengan anaknya, atau antar saudara.

    b. Tujuan terapi
        - Menurunkan konflik kecemasan keluarga
        - Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing keluarga
        - Meningkatkan hubungan peran yang sesuai
        - Membantu keluarga untuk menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar keluarga

     c. Peran terapis
         Terapis melakukan pemahaman tentang arti dan peran dari masing-masing keluarga, serta membantu untuk meningkatkan peran serta keluarga agar kuat dalam menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar keluarga.

C.Terapi bermain

    1. Konsep dasar: Pandangan terapi bermain terhadap kepribadian
        Terapi ini lebih cocok diberikan kepada anak-anak yang berkebutuhan khusus, pandangan terapi bermain adalah setiap anak yang mempunyai kebutuhan khusus memiliki kepribadian yang relatif sama hanya penanganannya yang berbeda.


   2. Unur-unsur terapi: Munculnya gangguan, tujuan terapi, peran terapis.

       a. Munculnya gangguan
           Terapi diberikan ketika seorang anak mengalami gejala-gejala yang lain daripada anak lainya seperti hyperaktif.

       b. Tujuan terapi
            Mengembangkan gerak seorang anak (psyhcomotorik) serta adaptasi sosial seorang anak

        c. Peran terapis
             Terapis turut serta dalam permainan anak.

D. Review
    1. Terapi Psikoanalisa
          Tokoh: Sigmund Freud
          Teknik Terapi: Asosiasi Bebas

      2. Terapi Humanistik eksistensial
          Tokoh: Abraham Maslow
           Teknik Terapi: Hierarki Kebutuhan
    
      3. Person center therapy
          Tokoh: Carl Rogers
          Teknik terapi: Memberikan pengertian dan penerimaan pada klien mengenai dirinya yang utuh

     4. Logo Terapi
         Tokoh: Victor Frankl
         Teknik Terapi: Klien diajarkan bahwa setiap kehidupan dirinya mempunyai maksud, tujuan dan  makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi.

     5. Analisa Transaksional
         Tokoh: Eric Berne
         Teknik Terapi: Analisis Struktur, analisis terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien yang terlihat dari respon atau stimulus klien dengan orang lain.

     6. Rational emotive therapy
         Tokoh: Albert Ellis
         Teknik Terapi: Assertive Adaptive, Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan.

    7. Terapi Perilaku
        Tokoh: B.F Skinner
        Teknik Terapi: Pemodelan (modelling) yaitu mencotohkan dengan menggunakan belajar observational.

    8. Terapi Kelompok
        Tokoh: -
        Teknik Terapi: Melibatkan para anggotanya untuk terbuka dan aktif pada saat terapi

    9. Terapi Keluarga
        Tokoh: -
        Teknik Terapi: Klien akan diberikan hubungan peran yang sesuai.

    10. Terapi Bermain
          Tokoh: -
          Teknik Terapi: Diberikan permainan yang menuntut agar aktif bergerak psikomotoriknya.
Sumber:
http://nadiamutiaragaluh.blogspot.com/2014/06/tugas-portofolio-4.html

tugas portofilio 3

I.                   Analisis transaksional (berne)
a.     Konsep dasar , pandangan analisis transaksional tentang kepribadian.
Dikembangkan oleh Eric Berne yang menjelaskan perlunya memahami diri agar dapatmembina hubungan baik dengan sesama manusia merupakan masalah yang mendasar. Analisistransaksional mengkaji secara mendalam tentang proses transaksi (proses pertukaran) pesan- pesan di antara para peserta komunikasi.Karena dalam komunikasi antarpersona terdapat proses dialogis pesan di antara orang-orangyang terlibat.Teori ini memjelaskan bahwa setiap individu memiliki tiga ego, yaitu;

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_PH5tzKZ7_gLUxM96VcRVm-LbOXuca9RDgdAduvitruhUQEVmfVzdDSOTypKlFvMGHQnkm8CJBOwAC231cixbK6X8wXnmkB0ysjjYYt7QMmn8nr1nxw0N4zdWTR2HJkFvIgyFUBns89Tv/s320/transactional-analysis-ego-states-first-order.gif
  • Ego orang tua (Parents=P)


  • Ego orang dewasa (Adult=A)
b.    Unsur terapi
1.      Munculnya ganguan
2.      Tujuan terapi
Tujuan utama dari AT adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang berhubungan tingkah lakunya saat ini dan arah hidupnya. Sedangkan sasarnya adalah mendorong klien agar menyadari, bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh ketusan awal mengenai posisi hidupnya serta pilihan terhadap cara-cara hidup yang stagnan dan deterministik. Menurut Berne (1964) dalam Corey (1988) bahwa tujuan dari AT adalah pencapaian otonom yang diwujudkan oleh penemuan kembali tiga karakteristik; kesadaran, spontanitas, dan keakraban.

Penekanan terapi adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang menyalahkan diri dan gaya hidup otonom ditandai dengan kesadaran spontanitas dan keakraban. Menurut Haris (19967) yang dikutip dalam Corey (1988) tujuan pemberian treatment adalah menyembuhkan gejala yang timbul dan metode treatment adalah membebaskan ego Orang Dewasa sehingga bisa mengalami kebebasan memilih dan penciptaan pilihan-pilihan baru atas pengaruh masa lampau yang membatasi. Tujuan terapeutik, dicapai dengan mengajarkan kepada klien dasar-dasar ego Orang Tua, ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Para klien dalam setting kelompok itu belajar bagaimana menyadari dan menjabarkan ketiga ego selama ego-ego tersebut muncul dalam transaksi-transaksi kelompok.

3.      Peran terapis
Harris (1967) yang dikutip dalam Corey (1988) memberikan gambaran peran terapis, seperti seorang guru, pelatih atau nara sumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Sebagai guru, terapis menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional, analisis skenario, dan analisis permainan. Selanjutnya menurut Corey (1988), peran terapis yaitu membantu klien untuk membantu klien menemukan suasana masa lampau yang merugikan dan menyebabkan klien membuat keputusan-keputusan awal tertentu, mengindentifikasikan rencana hidup dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang sekarang mungkin akan dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif untu menjalani kehidupan yang lebih otonom.
Terapis memerlukan hubungan yang setaraf dengan klien, menunjuk kepada kontrak terapi, sebagai bukti bahwa terapis dan klien sebagai pasangan dalam proses terapi. Tugas terapi adalah, menggunakan pengetahuannya untuk mendukung klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas diprakarsai oleh klien. Konselor memotivasi dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego Orang Dewasanya sendiri ketimbang ego Orang Dewasa konselor dalam memeriksa keputusan–keputusan lamanya serta untuk membuat keputusan-keputusan baru.
c.       Teknik terapi analisis transaksional
Dalam AT konseling diarahkan kepada bagaimana klien bertransaksi dengan lingkungannya. Karena itu, dalam melakukan konseling ini, terapist memfokuskan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien kepada orang lain dan apa yang dikatakan orang lain kepada klien. Untuk itu, teknik yang sering digunakan dalam AT diantaranya adalah analisis struktur, analisis transaksional, analisis skript, dan analisis mainan.
1.      Analisis Struktur
Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien. Analis hendaknya bisa mengenal 1) apakah klien menggunakan ego state tertentu, 2) apakah ego state klien, normal, terkontaminasi atau eksklusif, dan 3) bagaimanakah energi egogram klien tersebut.
Dengan mengetahui struktur ego state klien, akan diketahui masalah yang dihadapi klien. Bila klien dominan menggunakan ego state A masalah yang dihadapinya kurngnya rasa pecaya diri atau dipandang rendah o rang lain. Bila O yang domninan maka klien tengah ditakuti, dijauhi, disishkan atau diasingkan orang lain.
2.      Analisis transaksional
Transaksi antara konselor – klien pada hakekatnya adalah tranasksi antar status ego keduanya. Konselor menganalisa status ego yang terlihat dari respons atau stimulus klien. Dengan orang lain Baik dari kata-kata yang diungkapkan klien, maupun dengan bahasa non verbal. Data atau informasi yang diperoleh dari transaksi dijadikan konselor untuk bahan analisis atau problem yang dihadapi klien.
3.      Analisis Mainan
Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung antara Klien dengan konselor atau dengan Lingkungannya. Mungkin Klien dalam transaksinya sering mengumpulkan “kupon emas atau kupon Coklat” (perasaan menang atau perasaan kalah). Bila klien dalam games sering berperan sebagai pemenang, maka ada kemungkinan ia menjadi amat takut sewaktu-waktu akan menerima kopon cokelat yang banyak.
4.      Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha terapist yang terakhir, dan diperlukan mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisis skript ini hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang sejak masa kecil dan standar sukses yang telah ditanamkan orang tuanya.
Disamping keempat macam teknik yang digunakan di atas, treatment dari AT sering pula menggunakan teknik khusus, seperti: Interogasi, Spesifikasi, Konfrontasi, Eksplanasi, Ilustrasi, Konformasi, Interpretasi, Kristalisasi
II.               Rational emotive therapy
a.     Konsep dasar pandangan Rational emotive therapy tentang kepribadian
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
b.      Unsur-unsur terapi
1.      Munculnya gangguan
2.      Tujuan terapi
Adapun tujuan utama Rational Emotive Therapy ini adalah menghilangkan kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, dan ketidakyakinan diri. Dan untuk mencapai perilaku yang rasional, kebahagiaan, dan aktualisasi diri (Mappiare, 2010). Dalam konseling rational emotive, seorang konselor harus menempatkan dirinya sebagai seorang pribadi yang lebih aktif untuk menelusuri masalah yang dihadapi seorang klien
3.      Peran terapi
Rational Emotive Therapy ini adalah mengajak dan membuka ketidaklogisan pola berfikir klien dan membantu klien mengubah pikirannya yang irasional dengan mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang
c.       Teknik rational emotive therapy
a. Teknik pengajaran
Dalam konseling rasional emotif konselor mengambil peranan lebih aktif dari klien. Maka dari itu teknik pengajaran disini memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicaara serta menunjukkan sesuatau kepada klien, teruatama menunjukkan bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosional kepada klien.
b. Teknik konfrontasi
Dalam teknik konfrontasi ini, konselor menyerang ketidaklogisan berfikir klien dan membawa klien kearah berfikir logis empiris.
c. Teknik persuasif
Teknik persuasif, yaitu meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya, karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan dan mengemukakan berbagai argumentasi untuk memunjukkan apa yang diannggap oleh klien benar tidak bisa diterima atau tidak benar.
d. Teknik pemberian tugas
Dalam teknik ini konseor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Teknik ini bisa dilakukan dengan menugaskan kepada klien untuk bergaul kepada anggota masyarakat kalau mereka merasa dikucilkan dalam pergaulan, membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan cara berfikirnya

III.           Terapi prilaku (behavioral therapy)
a.     Konsep dasar terapi prilaku behavioral terapi tentang kepribadian
Dalam pandangan tentang hakekat manusia, terapi behavior menganggap bahwa pada dasarnya manusia bersifat mekanistik dan hidup dalam alam yang deterministik, dengan sedikit peran aktif untuk memilih martabatnya. Perilaku manusia adalah hasil respon terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas dan melalui interaksi ini kemudian berkembang pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Dalam konsep behavior, perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar. Dengan demikian, terapi behavior hakekatnya merupakan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik belajar secara sistematis dalam usaha menyembuhkan gangguan tingkah laku. Asumsinya bahwa gangguan tingkah laku itu diperoleh melalui hasil belajar yang keliru dan karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga dapat lebih sesuai.
b.      Unsur-unsur terapi
1.      Munculnya gangguan
2.      Tujuan terapi
Tujuan utamanya menghilangkan tingkah laku yang salah dan mengantikannya dengan dengan tingkah laku yang baru yang lebih sesuai. Secara rinci tujuan tersebut adalah untuk:
  1. Menghapus pola-pola perilaku maladaptive anak dan membantu mereka mempelajari pola-pola tingkah laku yang lebih kontruksif
  2. Mengubah tingkah laku maladaptive anak
  3. Menciptakan kondisi-kondisi yang baru yang memungkinkan terjadi proses belajar ulang.
3.. peran terapi
     Dalam pendekatan behavior telah menempatkan pentingnya fungsi dan peranan konselor atau terapis sebagai pengajar. Secara aktif, direktif dan kreatif konselor atau terapis diharapkan mampu menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya guna mengajarkan keterampilan-keterampilan baru sesuai permasalahan klien dan tujuan yang diinginkan. Fungsi lain yang juga harus ditegakkan oleh konselor atau terapis selama proses konseling atau terapis adalah melaksanakan assesmen dan penilaian secara terus menerus, menetapkan sasaran perubahan perilaku dan bagaimana mengajarkan untuk mencapainya, peka terhadap perubahan-perubahan yang terjad, serta membantu mengembangkan tujuan-tujuan pribadi dan sosialnya.
c.. teknik terapi
  1. Desentisisasi sistematis, yaitu suatu cara yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperbuat secara negatif dengan menyertakan pemunculan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan. Salah satu caranya adalah dengan melatih anak untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan.
  2. Latihan asertif, yaitu latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan, dengan cara mempertahankan hak dan harga dirinya. Dalam pelaksanan teknik ini, penting bagi konselor atau terapis untuk melayih keberanian anank untuk berkata atau menyatakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya secara tegas. Caranya dapat melalui bermain peran. Misalnya anak diminta untuk berperan sebagai orang tua yang galak dan konselor atau terapis sebagai anak yang pendiam. Kemudian peran tersebut dipertukarkan.
  3. Terapi aversi, yaitu digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk atau menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku yang positif, dengan meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Misalnya, anak yang suka mabuk, maka minumannya dicampur dengan obat tertentu yang dapat menjadikan pusing atau muntah
  4. Penghentian pikiran, teknik ini efektif digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya, misalnya klien ditutup matanya sambil membayangkan dan mengatakan sesuatu yang menganggu dirinya.
  5. Kontrol diri, dilakukan untuk meningkatkan perhatian pada anak tugas-tugas tertentu, melalui prosedur self assessment, mencatat diri sendiri, menentukan tindakan diri sendiri dan menyusun dorongan diri sendiri
  6. Pekerjaan rumah, yaitu dengan memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada klien yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi tertentu. Misalnya, kepada klien yang suka melawan ketika dimarahi orang tua, maka diberi tugas selama satu minggu untuk tidak menjawab ketika sedang dimarahi, kemudian hasilnya dievaluasi dan secara berangsur ditingkatkan.

Sumber:
Andi Mappiare AT. (2010). Pengantar Konseling dan Psikoterapi Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti. (2004) Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Gerald Corey. (2010). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Gerald Corey. (1997). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Eresco
http://nadiamutiaragaluh.blogspot.com/2014/05/tugas-portofilio-3.html

TUGAS PORTOFOLIO 2 TERAPI HUMANISTIK EKSTENSIAL

I.                    Terapi humanistik Ekstensial
a.       Konsep dasar pandangan humanistik ekstesial tentang kepribadian
    Merupakan suatu pendekatan yang berusaha mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Selain itu pendekatan ini memberikan kontribusi besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam prosesnya.
b.      Unsur- unsur terapi
1.      Munculnya gangguan
Ketika kondisi-kondisi inti manusia mulai berubah, serta munculnya kecemasan-kecemasan terus-menerus, tidak bisa mengaktulaisasikan potensi diri, dan tidak bisa menyadari potensi-potensi diri yang dimiliki.
2.      Tujuan terapi
-          Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan diri dan pertumbuhan.
-          Mengapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi dalam membantuk klien.
-          Membantu klien dalam menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
-          Membantuk klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.

3.      .      Peran Terapis
-          Terapis berusaha untuk menekankan dan mendahulukan pemahaman(insight) klien agar bisa masuk ke dalam alam bawah sadar klien.
-          Kemudian terapis mulai mulai memberikan stimulus berupa sugesti-sugesti kepada klien tentang potensi diri yang dimiliki.

c.   Teknik-teknik terapi humanistik eksistensial
-          Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
-          Klien dibantu dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia.
-          Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima.
-          Klien diajak untuk berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka, kemudian klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang konkrit, klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.

II.                Person Centered Therapy (Carl Rogers)

a.      Konsep dasar pandangan rogers tentang kepribadian
1. Konseling berpusat pada person difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih sempurna.
2. Menekankan pada dunia fenomenal klien, dengan jalan memberi empati dan perhatian  terutama pada persepsi klien dan persepsinya terhadap dunia.
3.   Konseling ini dapat diterapkan pada individu yang dalam kategori normal maupun yang      mengalami derajat penyimpangan psikologis yang lebih berat.
4.   Konseling merupakan salah satu contoh hubungan pribadi yang konstruktif.
5. Konselor perlu menunjukkan sikap-sikap tertentu untuk menciptakan hubungan       terapeutik yang efektif kepada klien (Corey,1998)

b.      Unsur-unsur terapi
-          Memiliki sensitifitas dalam hubungan insani.
-          Memiliki sikap yang obyektif.
-          Menghormati kemuliaan orang lain.
-          Memahami diri sendiri.
-          Bebas dari prasangka dan kompleks-kompleks dalam dirinya.
-          Sanggup masuk dalam dunia klien (empati) secara simpatik.


2. Tujuan terapis


  - Membantu konseli untuk menyadari kenyataan yang terjadi terhadap dirinya


   - Membantu konseli untuk membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman baru


    - Menumbuhkan kepercayaan diri konseli


     - Membantu konseli membuat keputusan sendiri


      - Membantu konseli menyadari bahwa manusia tumbuh dalam suatu proses
Peran terapis
    Peran terapis berakar pada cara-cara keberadaannya dan sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan klien “berbuat sesuatu”. Pada dasarnya, terapis menjadikan dirinya sendiri sebagai alat untuk mengubah, dengan menhadapi klien pada taraf pribadi ke pribadi, maka “ peran” terapis adalah tanpa peran. Adapun fungsi terapis adalah membangun suatu iklim terapeutik yang menunjang pertumbuhan klien. Jadi, terapis membangun hubungan yang membantu dimana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan untuk mengeksplorasi area-area hidupnya yang sekarang diingkari atau didistrosi. Klien kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap kemungkinan- kemungkinan yang ada dalam dirinya maupun dalam dunia.

Teknik-teknik terapis


- Acceptance (penerimaan)


- Respect (rasa hormat)


- Understanding (mengerti dan memahami)


- Reassurance (menentramkan hati dan menyakinkan)


- Ecouragement (dorongan)


- Limited Questioning (pertanyaan terbatas)


- Reflection (memantulkan pertanyaan dan perasaan)

III.             Logoterapi (Victor Frankl)

a.      Konsep dasar pandangan frankl tentang kepribadian
Frankl menamakan terapinya dengan logoterapi, dari kata yunani, logos yang berarti pelajaran, kata, ruh, tuhan, atau makna. Frankl menekankan kehendak untuk makna sebagai sumber utama motivasi. Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut, logoterapi berusaha membuat pasien menyadari tanggung jawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk apa, atau kepada iapa dia merasa bertanggung jawab.
b.      Unsur-unsur terapi
Ø  Munculnya gangguan
Ketika manusia tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu, karena keinginan akan mendorong setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya di rasakan berarti dan berharga.
Ø  Tujuan Terapis
1.      Memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan, dan agama yang dianutnya.
2.      Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat, dan diabaikan, bahkan terlupakan.
3.      Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
Ø  Peran terapis
Terapis memberikan sugesti-sugesti terhadap klien, bahwa setiap manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.



c.       Teknik terapi logoterapi

Klien diajarkan bahwa setiap kehidupan dirinya mempunyai maksud, tujuan, dan makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita.


DAFTAR PUSTAKA
Frankl. Emil. 2004. On the theory and therapy of mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis. Brunner-Routledge 270 Madison Avenue. New York.

Corey, Gerald. (2010). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung. PT.Refika. Aditama.
Bastaman, H.D. 2007. Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://nadiamutiaragaluh.blogspot.com/2014/04/tugas-portofolio-2-terapi-humanistik.html

TUGAS PORTOFOLIO 1

I.                    PENGANTAR
1.)PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Psikoterapi adalah perawatan dan penyembuhan gangguan jiwa dengan cara psikologis. Istilah tersebut mencakup berbagai teknik yang kesemuanya dimaksudkan membantu individu yang emosinya terganggu untuk mengubah perilaku dan perasaannya, sehingga mereka dapat mengembangkan cara yang bermanfaat dalam menghadapi orang lain.
2. ) TUJUAN PSIKOTERAPI
  • Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya
  • Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri
  • Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan.
3.) UNSUR- UNSUR PSIKOTERAPI
·         unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu :
1. Peran sosial (martabat)
2. Hubungan (persekutuan tarapeutik)
3. Hak
4. Retrospeksi
5. Reduksi
6. Rehabilitasi, memperbaiki gangguan perilaku berat
7. Resosialisasi,
8. Rekapitulasi

4.) PERBEDAAN PSIKOTERAPI DAN KONSELING
  • Konseling
  1. Berpusat pandang masa kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien.
  2. klien tidak dianggap sakit mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai teman yaitu mereka bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama bagi orang yang ditangani tersebut.
  3. konselor mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada individu yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku, teknik-teknik yag dipakai lebih bersifat manusiawi.
  4. konselor bekerja dengan individu yang normal yang sedang mengalami masalah.

  • Psikoterapi
  1. Berpusat pandang pada masa yang lalu-melihat masa kini individu,
  2. klien dianggap sakit mental.
  3. klien dianggap sebagai orang sakit dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah meminta orang yang ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,
  4. Terapis berusaha memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang ditolongnya.
  5. Psikoterapis berpusat pada usaha pengobatan teknik-teknik yang dipakai adalah yang telah diresepkan,
  6. terapi bekerja dengan “dunia dalam” dari kehidupan individu yang sedang mengalami masalah berat, psikologi dalam memegang peranan

5.)  PENDEKATAN TERHADAP MENTAL LINES
a)    Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.

b)   Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuele pasca-traumatic, kededihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respons emosional penuh stress yang dilimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.

c)    Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.

d)   Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.

6.) BENTUK UTAMA TERAPI
a)    Supportive Therapy
Terapi yang bertujuan untuk memperkuat benteng pertahanan diri, memperluas mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi kepribadian serta mengembalikan pada penyesuaian diri yang seimbang.

b)   Reeducative Therapy
Terapi yang bertujuan untuk mewujudkan penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran atau tujuan hidup dan menghidupkan potensi kreatif.

c)    Reconstructive Therapy
Terapi yang bertujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik-konflik yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan mengembangkan potensi penyesuaian yang baru.

11. TERAPI PSIKOANALISA (SIGMUND FREUD)

1.)    KONSEP DASAR PSIKOANALISIS TENTANG KEPRIBADIAN

·         Kesadaran
kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan.
Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun dalam alam ketidaksadaran.
·         Struktur kepribadian
Struktur kepribadian manusia menurut Freud terdiri dari id, ego, dan super ego. Id adalah struktur psikis yang muncul sejak lahir. Struktur ini merupakan penyimpanan dorongan dan impuls instingstif dasar, mencakup rasa lapar, haus, seks, dan agresi (Navid; Rathus; Green, 2003). Selama tahun pertama dalam kehidupan manusia, seorang anak mempunyai id yang tidak dapat secara segera dipuaskan dan dia harus menunggu agar id-nya terpuaskan. Contohnya jika seorang anak haus, dia masih harus menunggu minuman/ susu dipersiapkan untuknya.
·         Mekanisme pertahanan ego
Menurut Freud ada tujuh macam mekanisme pertahanan ego, yaitu :
1. Represi
Yang dimaksud dengan represi adalah mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk meredakan kecemasan dengan jalan menekan dorongan-dorongan

2. Sublimasi
Yang dimksud dengan sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah dan atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitive id yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk (tingkah laku) yang bisa diterima dan bahkan dihargai oleh masyarakat

3. Proyeksi
Yang dimaksud dengan proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan pada orang lain. Sebagai contoh seorang siswa yang malas kemudian tidak lulus ujian mengatakan kepada orang tuanya, bahwa dia tidak lulus bukan karena malas, malainkan karena guru sentimen kepadanya.
4. Displacement
Yang dimaksud dengan displacement adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula. Contohnya, seorang siswa yang dihukum oleh gurunya kemudian melampiaskan keinginan untuk melakukan pembalasan dengan merusak perabotan sekolahnya.
5. Rasionalisasi
Istilah rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego, malalui dalih atau alasan tertentu seakan-akan masuk akal sehingga kenyataan tersebut tidak mengancam ego individu yang bersangkutan

6. Reaksi formasi
Kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan primitive agar tidak muncul sambil secara sadar menungkapkan tingkah laku sebaliknya

7. Regresi
Yang dimaksud dengan regresi adalah suatu mekanisme dimana individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam, kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah itu

2.) Unsur-Unsur Terapi
a. Muncul gangguan 
Terapis berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien mengalami gangguan yang serupa, diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
b. Tujuan terapi
Terfokus kepada upaya penguatan diri klien, agar dikemudia hari apabila klien mengalami problem yang sama, maka klin akan lebih siap.
c. Peran terapis
Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan, terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.
3.) TEKNIK-TEKNIK TERAPI
a. Free Association ( asosiasi bebas ) ; prosedur :
- pasien rileks duduk / berbaring di sofa

- mengatakan apapun yang ada di pikiran (tanpa sensor)

(di interpretasi sebagai ekspresi simbolik dari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang direpres)
tugas terapis :

mendengarkan, mencatat, menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres, memberitahu / membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).
b. Analisis Transference : Transferensi adalah pengalihan sikap, perasaan dan khayalan pasien. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun. Transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Dalam keadaan neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketidaksadaran pasien karena alat ini mendorong klien untuk menghidupkan kembali berbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya. Teknik analisis transferensi dilakukan agar klien mampu mengembangkan tranferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa lalunya (masa anak-anak), sehingga terapis punya kesempatan untuk menginterpretasi tranferen. Dan pada teknik ini terapis menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif serta tidak memberikan saran. Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi (pelepasan tegangan emosional) pada pasien.
c. Analisis Resisten
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut. Analisis dan penafsiran resistensi, ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya, terapis meminta klien menafsirkan resistensi. Tujuannya adalah mencegah material-material mengancam yang akan memasuki kesadaran klien, dengan cara mencegah klien mengungkapkan hal-hal yang tidak disadarinya.
d. Analisis Mimpi 
Studi Freud yang mendalam tentang mimpi melahirkan pandangan-pandangan kritisnya tentang hal ini. Baginya mimpi merupakan perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar dan bersifat halusinasi atas keinginan-keinginan yang terpaksa ditekan. Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi manifesIsi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Bagian teori tentang mimpi yang paling hakiki dan vital bagi Freud adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu konflik batiniah atau semacam ketidakjujuran batiniah. Oleh karena itu Freud mencetuskan teknik analisis mimpi. Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan “jalan istimewa menuju ketidaksadaran”, karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan. Pada teknik ini biasanya para psikoterapis memfokuskan mimpi-mimpi yang bersifat berulang, menakutkan dan sudah pada taraf mengganggu. Tugas terapis adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.


REFERENSI:
Gunarsa, Singgih. D. (2004). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
IKAPI. (1997). Buku saku psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Simanjuntak, Julianto. (2008). Konseling gangguan jiwa dan okultisme. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sigmund_Freud
http://yesimariati.blogspot.com/2013/04/bentuk-bentuk-utama-dalam-terapi.html
http://belajarpsikologi.com/struktur-kepribadian-id-ego-dan-superego-sigmund-freud/
http://nadiamutiaragaluh.blogspot.com/2014/03/tugas-portofolio-1.html